Santri dan santriyat pada umumnya sekelompok
remaja yang memposisikan dirinya tinggal di pondok pesantren guna untuk lebih serius mempelajari ilmu
agama Islam, guna membekali dirinya untuk masa depannya, sekaligus sebagai generasi
pelanjut misi mulia mengembangkan risalah mulia dari para Anbiya. Dalam relialita kehidupannya santri tetaplah manusia, meski dalam tataran muamalahnya dengan manusia lain senantiasa berpegang teguh pada ajaran akhlak yang mulia, namun dalam sisi-sisi kesenderiannya, atau dalam pergaulan dengan teman sejawatnya, sering muncul sisi-sisi ke-unikan dalam sikap dan aksinya.
Selayakanya mesti diakui kadang-kadang aksinya
unik dan nyentrik, bayangkan aja mejeng dikuburan, tapi jangan salah sangka dulu, mungkin bagi mereka mejeng di kuburan serasa mejeng di depan Mall. he he.he ..
Bahkan kadang-kadang selfie-nya lebih narsis dan nyentrik dari gaya nyentriknya artis fenomenal Syahrini, lebih
eksis dan narsis dari gayanya model-model dunia, dan lebih fenomenal dari aktor-aktor
terkenal di jagat perfilman dunia.
Keunikan dan kenyentrikkan dalam
gayanya ini kadang tidak tersadarinya, kadang juga sebagai ekpresi dari
keinginan narsisnya, kadang juga sebagai rekaman memorinya terhadap aksi-aksi
yang kian membumi, sehingga tidak ada tempat yang sirna dari selfie dan narsisnya.
Santri tetaplah
santri meski syarat akan potensi aksi, aksinya bukan untuk konsumsi melainkan hanya
sebagai ekspresi. Narsisnya bukan untuk bisnis, melainkan hanya sekedar ingin eksis,
dan selfienya bukan untuk mendapatkan pie, melainkan hanya sebagai curahan
hati. Santri tetap santri meski aksi mereka akan tetap konsekuen berusaha
menjalankan risalah Nabi. Itulah sisi
kecil dari romantika santri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar